Sabtu, 19 Maret 2016
Banyak umat Islam yang kurang memperhatikan upaya penanaman akidah pada
anak. Mungkin karena mereka menganggap anak –apa lagi yang masih balita– belum
mengerti apa-apa. Padahal justru pada usia sebelum baligh itulah saat yang paling strategis untuk membentuk tauhid mereka. “Tapi pasti tidak mudah,” begitu mungkin kilah para orang tua Muslim.
Sebenarnya tidak sulit jika dibandingkan dengan kerja keras menghadapi dampak kerusakan akidah saat anak sudah dewasa. Bahkan ini mudah jika kita mau menghayatinya sebagai perjuangan untuk meraih kemuliaan dan kebahagiaan.
Inilah langkah-langkah mudah itu.
1. Mengajarkan Kalimat Tauhid
Ibnu Abbas RA menceritakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersabda:
Jadikanlah kata-kata pertama kali yang diucapkan seorang anak adalah kalimat “laa ilaaha illallaah.” Dan bacakan padanya ketika menjelang maut kalimat “laa ilaaha illallaah”. (Riwayat Hakim).
Abdur Razaq meriwayatkan bahwa para sahabat menyukai untuk mengajari anak-anak mereka kalimat lâ ilaha illâ Allâh sebagai kalimat yang pertama kali bisa mereka ucapkan secara fasih sampai tujuh kali sehingga kalimat itu menjadi yang pertama-tama mereka ucapkan.
Tujuannya adalah agar kalimat pertama kali yang didengar anak yang baru lahir adalah kalimat tauhid (keesaan Allah). Setelah itu, seperti diriwayatkan dari Ibnu Abbas juga, orang tua mengazankan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri.
2. Mengenalkan Kehebatan Allah dan Menanamkan Cinta kepada-Nya
Ini dilakukan dengan terus-menerus membiasakan anak mengucapkan kalimat thayyibah seperti basmalah, hamdalah, subhanallah, Allahu Akbar, dan lain-lain, bersamaan serta sesuai dengan aktivitas yang mereka lakukan, sehingga anak bisa menyambungkan bacaan dan aktivitasnya.
Misalnya, basmalah untuk memulai pekerjaan, hamdalah ketika mendapat nikmat dan selesai melakukan aktivitas, dan subhanallah saat melihat ciptaan Allah SWT.
Anak-anak, khususnya balita, sangat senang dengan binatang. Mereka bisa kita ajak ke kebun binatang, atau diperlihatkan buku dan film tentang binatang, untuk kemudian menghubungkannya dengan kekuasaan Allah SWT sebagai pencipta semua itu.
Atau, dengan mengajak mereka melakukan pengamatan melalui praktik menanam biji-bijian di kebun. Bisa juga pada saat makan bersama, diajak merenungkan proses terjadinya nasi, lauk dan buah-buah.
Contoh sederhana, ajak mereka berdialog tentang bagaimana air dari tanah bisa terkumpul dalam buah kelapa yang batangnya tinggi.
Intinya adalah mengenalkan sebanyak-banyaknya apa yang ada di alam melalui pengamatan yang lebih mendalam dan menyadarkan bahwa semua itu diciptakan oleh Allah SWT untuk dimanfaatkan manusia, karena Allah SWT sayang kepada manusia.
Penting juga menanamkan kepada anak bahwa Allah SWT akan memberikan pertolongan kepada siapa yang di kehendaki-Nya, dan Allah SWT akan selalu mengawasi setiap apa yang dilakukan umat manusia. Jangan sampai kepercayaan anak kepada Allah SWT sebagai Zat yang Maha Hebat tergantikan oleh pahlawan kebaikan imajinatif yang banyak ditokohkan dalam dunia hiburan anak-anak seperti Spiderman dan Power Rangers.
3. Mengenalkan dan Menanamkan Cinta kepada Rasulullah
Begitu pula, di setiap kesempatan, anak harus dibiasakan akrab dengan profil Rasulullah SAW. Beliau bersabda:
Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara: mencintai Nabi kamu, mencintai ahli baitnya dan membaca al-Qur`an. (Riwayat Thabrani)
Para sahabat dan ulama salaf sangat suka menceritakan sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW kepada anak-anak mereka. Cerita tentang sejarah kehidupan Nabi SAW akan berpengaruh kepada perkembangan jiwa anak.
Upaya memberi pemahaman yang intensif tentang kepribadian Nabi SAW akan menumbuhkan rasa cinta anak terhadap beliau. Beliau akan dijadikan sebagai tokoh pujaan yang pada akhirnya anak akan berusaha meniru kepribadian beliau.
4. Mengenalkan dan Mengajarkan al-Qur`an
Mengenalkan dan mengajarkan al-Qur`an kepada anak berarti mengajak mereka untuk dekat kepada pedoman hidupnya. Ini bisa dilakukan dengan membiasakan rumah selalu dibacakan dan diperdengarkan al-Qur`an. Bahkan ini dilakukan sejak anak dalam kandungan, baik secara langsung maupun dengan alat bantu, baik dengan shalat berjamaah maupun di luar shalat.
Jangan sampai suara dari TV dan radio, yang jelas-jelas lebih banyak jahiliyahnya, lebih banyak masuk ke memori anak.
Namun, ini harus dilakukan secara kontinyu sepanjang perkembangan usia anak, jangan cuma insidentil, kalau lagi ingat saja. Dan, jangan pula sekadar membacakan surah Yusuf dan Maryam saja, seperti diyakini sebagian kaum Muslimin, melainkan semua isi al-Qur`an.
Anak-anak juga, terutama balita, biasanya mulai tertarik dengan buku. Sesekali perlihatkanlah al-Qur`an kepada anak sebelum mereka mengenal buku-buku lain. Mengenalkan al-Qur`an juga bisa dilakukan dengan mengenalkan terlebih dulu huruf-huruf hijaiyyah sebelum anak mengenal huruf A-B-C. Tempelkan gambar-gambar huruf tersebut di tempat yang sering dilihat anak. Lebih bagus jika dilengkapi dengan gambar dan warna yang menarik untuk merangsang memori mereka.
5. Menghafal al-Qur`an
Menghafal al-Qur`an bisa dimulai sejak anak lancar berbicara. Mulailah dengan surat atau ayat yang pendek. Atau, potongan lafadz dari sebuah ayat, misalnya kalimat fastabiqul khayrat, hudallinnas, birrulwalidayn, dan lain-lain.
Menghafal bisa dilakukan dengan cara sering-sering membacakan ayat-ayat tersebut kepada anak, dan latihlah anak untuk menirukannya. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai anak hafal di luar kepala.
Masa anak-anak adalah masa meniru dan mereka memiliki daya ingat yang luar biasa. Orang tua harus menggunakan kesempatan ini dengan baik, jika tidak ingin menyesal kehilangan masa emas (golden age) anak.
Menghafal bisa dilakukan kapan saja. Usahakan di saat anak merasa nyaman. Walau demikian, hendaknya orang tua tetap mempunyai target baik tentang ayat, atau jumlah yang akan dihafal anak.
6. Mengamalkan al-Qur`an
Al-Qur`an tentu tidak hanya untuk dibaca dan dihafal. Tetapi, justru yang paling penting adalah diamalkan seluruh isinya dan diperjuangkan agar benar-benar dapat menyinari kehidupan manusia.
Sampaikan kepada anak tentang kewajiban mengamalkan dan memperjuangkan al-Qur`an dan pahala yang akan diraihnya. Insya Allah hal ini akan memotivasi anak.
Ceritakan juga bagaimana para sahabat dulu sangat teguh berpegang pada al-Qur`an, serta bagaimana mereka bersama Rasulullah SAW berjuang sepanjang hidup agar al-Qur`an tegak dalam kehidupan.
7. Menanamkan Nilai Perjuangan dan Pengorbanan di Jalan Allah
Ini bisa dilakukan dengan menceritakan kisah anak-anak para sahabat yang sangat antusias mempelajari Islam. Bahkan, tidak sedikit yang berani berkorban untuk menegakkan dan mengharumkan kalimat Allah.
Misalnya kisah yang diriwayatkan Ibnu Asakir, Hadits dari Sa’ad bin Abi Waqqas RA, bahwa Rasulullah SAW melarang Umair bin Abi Waqqas RA ikut dalam peperangan Badar karena dia dianggap masih kecil. Larangan itu membuat jiwa Umair terpukul dan menangis hingga akhirnya dia diperbolehkan juga.
Tantangan dan Solusi
Langkah-langkah mudah tersebut akan semakin mudah lagi jika para orang tua memahami beberapa faktor penting yang menjadi penghambat dalam proses pendidikan anak berikut solusi kongkritnya. Faktor-faktot itu antara lain:
1. Kurangnya teladan dan bimbingan orang tua, sehingga mau tidak mau orang tua harus memaksa dirinya lebih dulu bersungguh-sungguh menjadi teladan akidah bagi anak-anak dengan tarbiyah yang intensif.
2. Dikotomi dan ketimpangan antara pendidikan agama dan umum di sekolah, sehingga perlu dicarikan sekolah yang bisa mensinergikannya.
3. Lingkungan dan teman bergaul yang jauh dari nilai Islam, sehingga perlu dicarikan lingkungan yang hasanah atau memproteksi pergaulan mereka secara bijaksana.
4. Pengaruh TV yang daya rusaknya semakin dahsyat, sehingga harus mengurangi atau bahkan kalau perlu menyingkirkannya dari rumah.
5. Hubungan keluarga yang kurang harmonis dan komunikasi yang buruk, sehingga harus punya program yang serius untuk memperbaiki dengan cara belajar dan melatih kemampuan berkomunikasi yang efektif.
6. Komitmen menerapkan cita-cita ini yang sering pasang surut, sehingga perlu sering-sering mengevaluasi diri dan tidak lelah berdoa.
0 komentar:
Posting Komentar